Sunday, October 01, 2006

Penerbangan Untuk Semua


Pesawat terbang merupakan salah satu pencapaian tertinggi manusia dalam bidang teknologi. Dapat dikatakan demikian karena sejak dahulu manusia mendambakan dapat terbang seperti burung. Manusia tidak mau lagi terkungkung di Bumi, dan melihat burung dapat terbang dengan bebasnya di udara. Percobaan untuk terbang telah dilakukan sejak abad pertengahan. Tidak sedikit dari para pemberani ini yang cedera dan bahkan kehilangan nyawanya hanya untuk dapat terbang.
Jawaban untuk dapat terbang baru muncul pada abad ke-19. Berbagai percobaan dilakukan untuk menyempurnakan mesin yang dapat membawa manusia terbang. Para ilmuwan Eropa dan Amerika saling berlomba untuk dapat terbang. Persaingan ini memunculkan Oliver Wright dan Wilbur Wright atau lebih dikenal sebagai Wright bersaudara, pembuat sepeda di Dayton, Ohio, AS, sebagai penemu pesawat terbang terkendali yang pertama. Hal tersebut mereka peroleh setelah kurang lebih lima tahun menyempurnakan mesin pesawat terbang.
Sekarang pesawat terbang telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Pesawat terbang dibuat untuk berbagai keperluan terbang baik sipil maupun militer. Di dunia dikenal dua perusahaan raksasa pembuat pesawat terbang, Aibus dari Perancis dan Boeing Co. dari AS. Kedua perusahaan ini yang menyuplai kebutuhan pesawat komersil untuk berbagai maskapai penerbangan didunia. Keduanya juga bersaing dalam hal teknologi, Boeing dengan produk andalannya Boeing 787 sedang Airbus dengan Superjumbo Airbus A380. Kini hampir seluruh negara telah memiliki maskapai penerbangan.
Dengan menggunakan pesawat terbang kita dapat bepergian kemana saja dalam waktu yang relatif singkat. Dapat dikatakan hadirnya pesawat terbang telah mengubah gaya hidup manusia.
Pesawat terbang merupakan solusi yang tepat untuk masalah transportasi antar pulau yang selama ini masih mengandalkan kapal laut. Indonesia khususnya sebagai Negara kepulauan seharusnya mendorong pertumbuhan industri penerbangan. Tercatat ada 57 maskapai penerbangan dan 414 armada yang melayani penumpang di Indonesia. Jumlah ini sangatlah kurang bila dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang melakukan perjalanan antar pulau.
Walaupun jumlah tersebut sangat sedikit namun banyak ditemui kasus dimana kursi penumpang pesawat tidak terisi penuh. Industri penerbangan di Indonesia kalah populer dibandingkan transportasi laut. Masyarakat lebih memilih berdesak-desakan diatas kapal laut dari pada duduk tenang di pesawat. Alasannya sangat sederhana lebih murah dan lebih “mudah”. Sebagai perbandingan untuk tiket pesawat Lion Air pada akhir April 2005 Makassar – Surabaya, sebesar Rp.245.000,- sedangkan tiket PELNI dengan tujuan yang sama dipatok Rp. 168.000,-.Lebih mudah karena karena proses pengurusan pengambilan tiket dan proses pemberangkatan penumpang kapal laut tidak berbelit seperti tiket pesawat, walaupun mereka harus berhadapan dengan para calo dan buruh pelabuhan yang membuat perjalanan makin tidak nyaman. Belum lagi para pencopet yang beraksi di pelabuhan dan bahkan diatas kapal. Selama ini belum pernah ada calon penumpang yang kehabisan tiket kapal laut, kecuali pada kondisi tertentu.
Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian maskapai penerbangan yang melayani rute nusantara. Karena selama ini pihak maskapai terkesan menunggu bola, tidak ada sama sekali usaha yang berarti dalam menjaring calon penumpang. Sosialisasi merupakan kata yang tepat untuk menjaring calon penumpang. Banyak masyarakat awam tidak mengetahui cara pengambilan tiket pesawat bahkan merasa minder bila masuk bandara. Karena kebanyakan para penumpang antar pulau merupakan masyarakat pedesaan yang tidak mau ambil pusing. Dalam pikiran mereka adalah sampai ketempat tujuan dengan cara yang mudah.
Sosialisasi dapat dilakukan melalui televisi, radio maupun media cetak. Cara lain yang lebih efektif adalah adanya sosialisasi pada daerah-daerah potensial. Maksudnya adalah daerah yang penduduknya sering melakukan perjalanan antar pulau, kalau perlu adakan sosialisasi di kampus-kampus, yang nota bene merupakan komunitas terbesar para perantau. Contoh lain daerah transmigrasi ataupun daerah dimana komunitas pendatang berkumpul. Masyarakat ini merupakan pasar yang potensial karena mereka hampir setiap tahunnya mereka kembali kedaerah asalnya apabila ada keperluan atau acara keluarga. Sosialisasi dapat berupa penyuluhan yang dikemas dengan tujuan memperkenalkan dunia penerbangan, sekaligus sebagai sarana promosi. Bahkan kalau perlu dengan menggunakan pamflet dan selebaran, karena selama ini iklan untuk jasa angkutan udara lebih banyak menggunakan media televisi dan surat kabar.
Iklan jasa penerbangan yang ada selama ini tidak bersifat komunikatif, dan terkesan hanya menampilkan kemewahan. Ada baiknya bila maskapai penerbangan mencontoh cara para dealer motor yang langsung terjun kepusat keramaian untuk menyebarkan selebaran yang berisi harga motornya. Kelebihan dari cara ini adalah informasi yang diperoleh masyarakat tidak setengah-setengah, dari selebaran ini dapat diketahui spesifikasi motor dan juga daftar harga motor berikut cicilannya bahkan juga prosedur pembeliannya juga dicantumkan.
Pasar inilah yang selama ini diabaikan bahkan dipandang sebelah mata, padahal kalau mau dikelola dengan baik pasar tersebut merupakan pasar yang paling potensial. Bahkan bisa lebih besar dibandingkan daripada penumpang perjalanan wisata.
Kemudian dari masalah tarif yang selama ini dirasakan terlalu mahal untuk sebagian besar masyarakat Indonesia, dapat diatasi dengan memberlakukan penerbangan murah. Tarif perjalanan dapat ditekan dengan hanya memberikan pelayanan pokok yang sesuai dengan standar internasional untuk keamanan di dalam dunia penerbangan. Makanan dan minuman tidak perlu disediakan oleh maskapai penerbangan, para penumpang diperbolehkan untuk membawanya sendiri. Lagipula selama ini makanan diatas pesawat dikenal dengan rasanya yang tidak enak bahkan terkesan seperti makanan yang diawetkan. Pelayanan tambahan seperti screen dan peralatan audio pada setiap kursi merupakan hal yang tidak perlu dan hanya menambah biaya operasional. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh maskapai penerbangan di Eropa, sebut saja Easy Jet dan Transavia Airlines, yang penduduknya justru lebih sejahtera dibanding Indonesia. Dan cara ini terbukti efektif dan mampu menarik kembali calon penumpang dari keengganan memakai jasa angkutan udara pasca tragedy 11 September 2001, yang melumpuhkan banyak maskapai penerbangan
Di Indonesia tarif angkutan udara sudah mulai bisa bersaing dengan kapal laut dan kereta api kelas argo. Dengan tarif yang hampir sama dan waktu tempuh yang lebih cepat, tentunya calon penumpang lebih memilih menggunakan pesawat sebagai sarana transportasi. Namun tidak sedikit pula masyarakat yang masih memiliki pandangan bahwa tarif penerbangan jauh lebih mahal dibandingkan jasa angkutan lainnya. Pandangan seperti inilah yang seharusnya dapat diubah oleh maskapai penerbangan dalam negeri. Dengan mengadakan sosialisasi seperti yang diuraikan diatas.
Pesawat terbang dapat menjadi alat pemersatu bangsa, bila dikelola dengan baik. Sebaliknya teknologi tinggi ini juga dapat menjadi sumber perpecahan bangsa. Dapat dikatakan demikian karena jurang pemisah antara si kaya dan si miskin akan semakin besar. Akibatnya keceburuan sosial akan muncul, dan ini dapat saja menjadi bom waktu dan dapat meledak kapan saja. Kerusuhan yang terjadi beberapa tahun lalu merupakan imbas dari kecemburuan sosial. Integrasi bangsa yang selama ini kita dambakan tinggal sekedar impian.
Diharapkan dengan semakin lancarnya transportasi antar pulau di Indonesia, integrasi bangsa ini dapat terwujud. Namun disayangkan teknologi yang telah ada lebih seabad ini hanya dinikmati oleh segelintir orang. Masih banyak kalangan yang sebenarnya mau dan memerlukan teknologi ini tidak dapat menikmatinya.
Kedepan harapan penerbangan untuk semua dapat terwujud dan integrasi bangsa kita yang majemuk bukan sekedar impian. Teknologi ini seharusnya menjadi alat pemersatu bangsa, bukannya menjadi sumber kecemburuan sosial yang berujung pada perpecahan. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan, dan penerbangan untuk semua dapat terwujud. Amin
Makassar,Desember 2005